Buat Apa Sekolah? (Salah Siapa Hidup di Indonesia)

Attention: JANGAN BACA TULISAN INI KALAU ANDA MASIH SENANG DENGAN SISTEM SEKOLAH DI INDONESIA SEKARANG INI!!!!!

Hmm, kayaknya judul ini kontroversial banget ya? Tapi inilah yang ingin kutulis. Barangkali kalian setuju atau bahkan merasakan hal yang sama denganku…

Buat apa sekolah? Kalau hanya mengajarkan kita bagaimana berbuat curang bahkan licik …

Masa sich? Tapi itu yang kurasakan. Sekolah di Indonesia hanya mengutamakan kuantitas nilai rapor. (Yee, salah siapa hidup di Indonesia… ) Itulah yang menyebabkan siswanya menghalalkan segala cara, for example:
  1. Mencontek,
  2. Mencari perhatian guru supaya mendapat nilai bagus,
  3. Mengcopy-paste tugas teman yang lain kelas atau lain guru,
  4. Mengikuti bimbel supaya mendapat rumus praktis menjawab soal,
  5. Atau bahkan mengikuti bimbel supaya ada tentor yang mengerjakan tugas-tugas sekolahnya,
Memangnya saya (penulis) tidak pernah melakukan itu? Wah, sering...! Maka dari itu aku benci pada sistem sekolah di Indonesia. Hal-hal di atas hanya akan menghambat atau bahkan membunuh kesempatan siswa untuk berpikir kreatif dan percaya diri.

Buat apa sekolah? Kalau hanya mengajarkan kita untuk menjadi PEGAWAI?

Sekali lagi, salah siapa hidup di Indonesia? (Pindah bae yuh...!)
Sekolah-sekolah di Indonesia khususnya sekolah Negeri tidak pernah mengajarkan bagaimana membuka usaha dan bagaimana mengatasi prospek gelap yang dihadapi. Karena sekolah di Indonesia hanya mengajarkan bagaimana menjadi BUDAK atau bahasa gaulnya PEGAWAI.
Mau meneruskan ke mana? Jangan ke situ, ke sekolah X atau Y saja. Kalau ke situ lulus langsung kerja...”
Warning buat kalian yang bersekolah hanya karena iming-iming langsung kerja. Pikirkan lagi!
Menurut sosiolog David McCelland, sebuah negara akan makmur bila sedikitnya punya 2% entrepeneur (pengusaha, pen) dari jumlah penduduknya. Sekarang yang jadi pertanyaan, berapa jumlah entrepeneur di Indonesia???
Lha, daning mbahas anjog mono, Di?
Iya, masalahe aku wis kecebur, trus lagi belajaran renang ning dunia bisnis. Ora ding! Emang ana hubungane kok...”
Hubungannya dengan sekolah adalah... Kemana kita akan bekerja sedangkan yang membutuhkan pekerja hanya 0,18% (jumlah entrepeneur menurut data statistik) dari jumlah penduduk Indonesia?
Ana sing pernah ngetung sapira penduduk Indonesia sing nganggur?” (Baik itu pengangguran terbuka maupun tertutup).
“Anaaaaa...”
“Sapa?”
Tukang sensus, Di, hehe...”
Okeh John, takon neng mas BPS yuh...
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, selama 2006 jumlah pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 11.104.639 orang. Pengangguran yang tidak lulus, atau lulus SD mencapai 3.524.884 orang, SMP sebanyak 2.860.007 orang, SMA 4.047.016 orang, akademi/diploma 297.185 orang, dan universitas 375.601 orang.
“Sregep temen nggoleti kaya kuwe, Di…”
Ora nok, aku nemu neng majalah... Kata ‘nemu’ brarti ora sengaja ya...”
Lah wis, pan mlayu ngendi kita-kita padha? Urung pragat sekola wis ditakoni pan kerja ngendi?”
”Eits, aja padha putus asa! Haram! Hehe... Syukuri apa yang ada... ”

Okeh, sampai di sini dulu bincang-bincang kita...
Add comment ya!
(^^)v

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tulisan Gabut

Puisi yang kubacakan bersama Rischa Natasha pada acara silaturrahmi dengan Prodi ILPOL

Orasi W. S. Rendra