❤ Tentang Hubungan Diantara Kita ❤

Hai! πŸ‘‹πŸ˜‡
Udah lama bangettt aku ga nulis di blog ini. Maklum kalo nulis itu butuh mood yang tepat dan -gabisa dipungkiri- juga butuh koneksi internet yang kenceng & stabil. Hehe banyak alasan deh...

Oke, sebagai tulisan perdana setelah sekian abad tak bersua (ceilah...) aku mau cerita ringan aja tentang suatu kejadian dimana Bapak & Mamaku sebagai pemeran utamanya. Bukan Pemeran Utama-nya Raisa lho ya, hihihi 😁

Jadi, pada suatu hari Bapakku pulang membawa kejutan. Taraaaaa "Nih, gunting pesenan Mama."
Well, mungkin Bapakku dengan hati sumringah berharap Mama seneng karena udah beliin gunting yang Mama pengen. Tapi...
"Lho, kok gunting ini sih Pak? Bukan yang kayak gini. Gunting itu lho yang kayak punya Iza (sepupu aku)." Mama menanggapinya dengan protes spontan... uhuyy! Komeng deh πŸ™Š
"Lha, kata yang jual itu gunting taman. Jadi ya Bapak beli yang itu."
"Tapi bukan gunting taman yang ini Pak. Ini mah gunting ranting buat bonsai."
Karena Bapak merasa kecewa akhirnya bilang, "Yaudah beli sendiri aja deh sana."
Mungkin kalian bertanya-tanya seperti apa sih gunting yang dibeli Bapak? Kurang lebih begini wujudnya:
Sumber: https://kebunbibit.id/img/p/3/6/3/9/3639-large_default.jpg

Buat sebagian besar penghobi tanaman bonsai mungkin udah tau kalau gunting itu kodratnya untuk menggunting ranting tanaman dan bisa juga untuk menggunting batang bunga guna merangkai bunga (ikebana / seni merangkai bunga). Dan alasan Mamaku protes adalah karena yang mau Mama gunting bukanlah ranting atau tangkai bunga melainkan rumput yang bergoyang 🌾🌾🌾

Karena aku punya visi misi menjadi anak berbakti (halah..) aku pun berinisiatif membeli gunting yang dimaksud Mama. Jadi, sebenarnya Mamaku minta dibeliin gunting buat motongin rumput di depan rumah yang udah menjulang tinggi kayak menara Eiffel (lebay πŸ‘»). Karena udah nggak enak pinjem gunting terus ke sepupu aku, Mama pun mengajukan anggaran kepada Yth. Presiden Rumah Tangga berdasar pada asas pertimbangan kemanfaatan πŸ™ˆ

Singkat cerita aku pun membeli gunting taman yang memang kodratnya buat motongin rumput. Karena aku gak foto gunting itu jadi aku ambil di internet aja ya, kurang lebih kayak gini wujudnya:
Sumber: http://www.depocleaning.com/image/cache/data/IMG_9272-500x500.JPG
Well, itu kisah udah lama sebenernya. Berhubung lagi mood nulis ini jadi yasudah, menarilah jemari ini di atas keyboard laptop baru (eaa pamerrr πŸ™ˆ). Banyak yang bilang kalau suatu kejadian pasti memiliki hikmah yang bisa kita ambil. Bahaasa gaulnya "everything happens for a reason". Nah, ada hikmah menarik dibalik kisah ini yang sebenernya baru aku pahami sekarang. Makanya aku nulis ini biar gak lupa, dan semoga memberi manfaat kepada pembaca yang budi-man (bukan super-man, bat-man, ant-man, spider-man, apalagi catwo-man 😸 ).

Beberapa hari yang lalu aku baca artikel di Facebook tentang kisah suami yang belajar berbelanja ke pasar dengan membawa 'catatan hati seorang istri' yang berisi daftar bahan masakan yang perlu dibeli. Dia menghadapi banyak tantangan ketika sampai di pasar. Yang paling lucu bagi aku adalah ketika dia salah beli, harusnya beli fermipan, eh yang dia beli malah tepung maizena. Hihihi, kok bisa ketuker? Kan ada tulisan di kemasannya mas 😜

Di akhir cerita dia berkesimpulan bahwa cewek diciptakan Allah untuk bisa mengklasifikasikan kemajemukan di dunia ini (intinya begitu, aku lupa persisnya dia tulis gimana ✌)
Otak cewek dikodratkan untuk bisa mengklasifikasikan keruwetan. Contoh sederhananya: wanita cenderung bisa mengklasifikasikan warna, mana merah, merah jambu (pink), merah bit, merah pudar, merah darah, merah bata, dan... merah putih (*eh, bendera dong). Sedangkan cowok awam akan bilang kalo merah ya merah, merah bit juga merah, merah lipstick juga merah, merah bata juga merah πŸ˜‚

Wanita dikodratkaan untuk bisa menghandle berbagai pekerjaan dalam satu waktu (multitasking), sedangkan cowok lebih fokus pada satu pekerjaan. Liat deh Ibu kamu, dalam satu waktu Ibu bisa memasak sembari mencuci piring, menanak nasi, bahkan bisa sambil nelpon kamu. Kamu... iya kamu... πŸ“²
Sedangkan kalo cowok lagi masak cenderung fokus ke masakan yang lagi dia bikin. Jadi jangan marah kalo kamu nanya cowok yang lagi sibuk ngerjain sesuatu, dia ga jawab malah minta kamu ngulangin pertanyaan karena mereka ga denger, saking fokusnya πŸ˜‹

Well, setelah 5 bulan lebih menikah, aku -alhamdulillah- menemukan banyak 'keajaiban' dan tanda-tanda kebesaran Ilahi. Sejak sebelum menikah aku sadar bahwa 'instalasi brainware' antara cowok dan cewek itu beda. Cara berfikir cowok lebih logic & linear sedangkan cewek lebih emosional & kompleks sehingga jangan kaget kalo pas dihadapkan pada kejadian yang sama maka respon mereka bisa berbeda. Contoh, kalo cowok lagi naik motor trus di tengah jalan rantai motornya putus maka sebagian besar cowok akan berusaha mencoba memperbaikinya terlebih dahulu. Sedangkan kalo cewek dihadapkan pada situasi yang sama mungkin akan berbeda responnya, sebagian mungkin akan sedih, was-was kemudian menangis. (Btw, aku udah nikah loh 😁 kisah seputar pernikahan aku nanti di entri tulisan selanjutnya ya hehe)

Mari kembali ke kisah prahara gunting taman Mama & Bapakku. Dari kisah itu bisa kita liat kalo Bapakku taunya semua gunting taman ya sama aja. Entah mau guntingnya panjang ataupun pendek, bengkok atopun lurus, ganggang karet atopun kayu ya sama aja namanya gunting taman ✄
Selain karena Bapakku cowok (yaiyalah), beliau juga belom cari tau tentang gunting taman sebelom membelinya. Beda dengan suamiku yang punya kebiasaan 'cari tahu sebelom beli' jadi bisa meminimalisir malfungsi & penyalahgunaan barang, hehe

Nah, kunci dari semua prahara rumah tangga adalah BELAJAR. Bukan bermaksud menggurui, yaelah aku juga baru 5 bulan nikah. Sebenernya ini jadi catatan buat diri aku sendiri, tapi kalau bisa bermanfaat buat orang lain kenapa nggak dishare hehe...

Jadi yang namanya proses belajar itu selalu dibutuhkan kapan saja dan dimana saja. Inget, kemampuan beradaptasi selalu dibutuhkan karena kita tidak hidup di dunia tanpa permasalahan, persaingan, tantangan dan perubahan. Intinya, "learning is an absolute skill we need to improve our live". 

Apa aja sih yang perlu dipelajari dalam rumah tangga? Banyaakk, ini contohnya:

  1. Sifat / karakter pasangan kita. Intinya sih seputar interpersonal skill. Dengan memahami karakter pasangan kita, maka dengan mudah kita bisa memposisikan diri ketika dihadapkan pada suatu permasalahan. Misal pasangan kita adalah seorang pelupa yang sering lupa menaruh barang, maka kita perlu berinisiatif mengatur penempatan barang-barang di rumah. Contohnya dengan menulis barang yang boleh ditaruh di dalam sebuah laci. Laci dan kotak penyimpanan di rumah aku tempel tulisan barang-barang yang seharusnya ditempatkan disitu. Namun, belajar pun butuh waktu. Jadi jangan langsung down kalau pasangan kita masih menaruh barang sembarangan. Tunjukan kepadanya dimana barang tersebut seharusnya ditempatkan.
  2. Time management skill. Well, dengan multiperan yang kita jalankan sebagai suami, istri, ayah, ibu, anak, pekerja swasta, dokter, guru, wirausaha, dll maka kita harus belajar mengatur waktu dan setting prioritas. Bagaimana cara belajar mengatur waktu? Hmm, kalau pengen bisa berenang kita musti nyebur ke kolam kan? Nah, sama dengan belajar mengatur waktu, kita perlu menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan supaya paham mana kegiatan yang prioritas dan mana yang tidak. Gimana kita mau belajar mengatur waktu kalo kerjaan kita cuma makan-tidur-makan lagi-tidur lagi ?
  3. Appreciation skill. Gak usah ditanya seberapa besar pasangan kamu udah berjuang dan berkorban buat kamu. Gak usah ngitungin untung-rugi juga nanti malah jadi orang pelit apresiasi, hihihi... Udah, sekarang belajar apresiasi semua yang udah dilakuin sama pasangan kita dari hal yang besar sampe hal-hal yang kecil. Apresiasi juga butuh dilakuin kalo dia atau kita sendiri lagi ngelakuin kesalahan. Apresiasi yang diberikan bisa diwujudkan dengan perkataan dan atau perbuatan. Tapi jangan lebay juga ya! Intinya biar pasangan kita merasa tenang (sakinah) kan biar do'a para tamu undangan terwujud, '"semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah warahmah" ☺ Kalau apresiasi diwujudkan dengan perbuatan sebaiknya juga disertai dengan perkataan. Misal, pada saat pasangan kita baru pulang kerja, kita sambut dengan senyuman, pelukan, ucapan salam dan ungkapan "alhamdulillah, aku seneng banget kamu udah pulang, daritadi aku kesepian di rumah". Kalimat positif itu tentunya akan berdampak baik bagi sebuah hubungan.
  4.  Kemampuan menahan diri (self management skill). Tentunya dalam sebuah hubungan akan menemui banyak tantangan dari yang bikin pusing sampe yang bikin emosi. Nah, gimana caranya kita bisa memilah mana yang perlu diungkapkan dan mana yang tidak. Jangan sampai kalimat menyakitkan keluar dari mulut kita, inget you can't take back what you've said. Tipsnya, diem-tenang-istighfar. Tapi istighfarnya di dalem hati aja ya jangan keras-keras. Kalau ada orang ngucapin istighfar dengan keras di depan kita akibat kesalahan yang kita lakuin, udah beda kan image-nya?
  5. Yang terakhir: belajar sabar. Tak ada manusia yang sempurna, jadi ga usah emosi ngeliat pasangan kita ngelakuin hal-hal yang gak kita suka. Kita juga bukan orang yang sempurna kok. Jadi jangan anggap kita lebih mulia apalagi lebih sempurna dari pasangan kita. Naudzubillahimindzaalik! Kalau kita mau pasangan kita memperbaiki kekurangannya, coba deh belajar bareng-bareng. Misal ngajinya masih terbata-bata, yuk kita belajar ngaji bareng-bareng. Misal masakannya nggak enak, yuk kita belajar masak bareng-bareng biar hasil masakannya sesuai selera bersama. Sakinah (ketenangan), mawaddah (rasa cinta), dan rahmah (kasih sayang) gak akan bisa kewujud kalo masing-masing beranggapan lebih hebat dari yang lain. We are not a perfect person, just admit it!

Nah, itu dia sharing dari aku. Kalau ada yang mau komen, ngasih tambahan, koreksi, kritik dan saran boleh banget loh, monggo...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tulisan Gabut

Puisi yang kubacakan bersama Rischa Natasha pada acara silaturrahmi dengan Prodi ILPOL

Orasi W. S. Rendra